(Sebuah Esai Atas Puisi MS Rindu Berjudul DI HUJUNG USIA)
Oleh Moh. Ghufron Cholid

Cinta adalah persoalan bagaimana bisa memberi kebahagiaan bukan apa yang bisa didapat dari cinta. Moh. Ghufron Cholid
Kali ini, tepatnya 21 Januari 2022, saya bertemu dengan puisi MS Rindu, salah satu Penyair Malaysia, yang menamai puisinya DI HUJUNG USIA.
Puisi ini bertema percintaan dan disajikan dalam tiga bait puisi. Tampaknya MS Rindu memiliki pandangan yang menarik tentang cinta.
Bagi MS Rindu, cinta sejatinya adalah memberi bukan mencari apa yang bisa didapat dari cinta. Kesadaran hidup tidak abadi dan kematian sesuatu yang pasti membuat MS Rindu merasa perlu menegaskan cinta. Merasa perlu memberi kebahagiaan kepada orang yang dicintai.
Saya hadirkan secara utuh puisi MS Rindu agar bisa secara langsung merasakan debaran juga getaran sebuah cinta seorang penyair Malaysia.
DI HUJUNG USIA
Kami sama-sama berada di hujung usia
aku tidak tahu siapa yang akan pergi dahulu
Jika aku pergi dahulu
biarlah dia berkahwin semula
dengan lelaki yang lebih sempurna
kerana kebahagiaannya adalah kebahagiaanku juga
Tapi jika dia pergi dahulu
aku tidak akan mencari ganti
kerana dia tidak ada duanya
dan aku tidak mungkin mencari ganti
yang lebih baik daripadanya
MS Rindu
Kajang, Mei 2018
Puisi ini dilahirkan di Kajang tahun 2018 yang lalu, dibuka dengan sebuah kesadaran tentang posisi MS Rindu dengan orang yang dicintai, berada di ujung usia namun belum tahu siapa yang akan meninggal terlebih dahulu.
Bait kedua, MS Rindu mulai menegaskan pandangannya tentang cinta. Bercinta itu memberi bukan berpikir mencari apalagi mendapatkan sesuatu dari cinta.
Cinta juga bermakna kerelaan untuk lebih mengutamakan kebahagiaan orang yang dicintai. MS Rindu memberikan kemungkinan terbaik bagi orang yang dicintai yakni menikah lagi dengan seorang yang diyakini bisa memberikan kebahagiaan yang lebih utuh dan lebih nyata.
Tampaknya MS Rindu tak ingin berbasa-basi dengan keyakinan yang telah dipegang teguh. Jika kematian datang lebih dahulu kepada penyair maka penyair dengan suka-cita mempersilahkan istrinya menikah lagi.
Bait ketiga, MS Rindu melayangkan jurus pamungkas bahwa hatinya tetap teguh dalam memegang keyakinan bahwa bagi MS Rindu cukup sekali mencintai dan tak ingin berbagi hati dengan perempuan lain kendati istri yang dicintai telah menemui ajal terlebih dahulu.
MS Rindu tak ingin mencoba keberuntungan dalam bercinta. Tak ingin menikah lagi dengan harapan mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari perempuan kedua.
Gaya ungkap MS Rindu dalam puisi ini, terbilang sederhana dan tak membutuhkan permak metafora, saya menduga amanat pesan yang mudah dicerna oleh pembaca lebih mempesona daripada memperindah diksi-diksi dengan bahasa yang melangit alias membuat pembaca mengernyitkan dahi untuk memahami inti sari yang ditulis penyair.
Puisi ini mudah dicerna amanat pesannya oleh semua kalangan termasuk pembaca awam yang tak menekuni dunia sastra dengan segala pernak-pernik bahasa diksi yang membuat pikiran kalang-kabut untuk sekedar memahami inti sari yang ingin disampaikan.
Akhir kata tahniah kepada penyairnya dan kepada pembaca yang lain selamat menyerap sari pati dan berbagi hasil petualangan membaca puisi ini. Bagi pembaca yang mendamba diksi-diksi dengan bahasa yang melangit atau diksi-diksi yang mampu mengernyitkan dahi, puisi ini takkan dapat memuaskan anda.
Junglorong, 21 Januari 2022
TAMAT.