(Sebuah Esai Atas Puisi Tahajjud Cinta Karya Seri Banang, Penyair Malaysia)
Oleh Moh. Ghufron Cholid
Berjumpa dengan puisi dan membacanya berulang-ulang merupakan cara saya berbahagia. Dengan begitu, saya bertemu dengan saripati waktu. Moh. Ghufron Cholid
Saya kembali bersitatap dengan puisi. Puisi bertema cinta dan diberi judul Tahajjud Cinta adalah puisi yang ditulis oleh perempuan penyair Malaysia bernama Seri Banang. Barangkali bagi sebagian penyair nama ini tidak begitu familiar. Namun bagi yang ada di Komunitas Esastera yang beranggotakan Penyair Asia Tenggara nama ini ada dan bergema.
Yang akan saya bahas adalah karyanya, bukan namanya bukan pula keterlibatannya dalam dunia sastra. Oleh sebab itu menghadirkan puisinya secara utuh adalah langkah yang saya tempuh. Dengan menyertakan secara utuh puisi tersebut, paling tidak pembaca lain bisa bertatap secara langsung dan bisa jadi akan melahirkan tulisan baru, yang besar kemungkinan akan memiliki sudut pandang berbeda.
TAHAJUD CINTA
Di atas sayap malam
kusunting bunga sunyi
bersama harum kegelapan
kunyalakan dupa cinta
menerangi kelana hati.
Lalu kalam itu kembali kubaca
di sudut kamar suram
sedang di luar jendela neon tidak terpasang
dingin dan hujan masih mencengkam.
Dalam kelam rindu merengkuh
hatiku terjatuh di setiap perenggan
dalam mencarimu di setiap halaman
helaian demi helaian.
Malaysia, 30.02.2020
Puisi ini bertitimangsa Malaysia, 30.02.2020 dengan kata lain, puisi ini bisa dikatakan lahir di Malaysia. Titimangsa sendiri berfungsi untuk mengenali lebih detail kelahiran suatu karya.
Paling tidak, puisi ini disajikan dalam tiga bait, dengan perincian bait pertama memuat lima larik, bait kedua berisi empat larik dan bait ketiga memuat empat larik. Puisi ini dimulai dengan latar suasana.
Dalam bait pertama, Seri Banang menulis, Di atas sayap malam/kusunting bunga sunyi/bersama harum kegelapan/kunyalakan dupa cinta/menerangi kelana hati.// dari bait ini kita mendapat informasi bahwa Tahajjud Cinta yang diperkenalkan oleh Seri Banang berlatar suasana malam. Sayap malam, bunga sunyi, harum kegelapan merupakan penguat latar suasana atau bisa saya sebagai pemanis ungkapan untuk menyatakan malam.
Konsep yang dihaturkan oleh Seri Banang di bait pertama saya rasa lebih kuat daripada bait kedua, sayapun memaklumi barangkali di bait kedua Seri Banang lebih ingin terlihat akrab dengan pembacanya tanpa menghadirkan diksi-diksi yang rumit. Barangkali Seri Banang ingin berdamai dengan keadaan. Melukiskan suasana alam yang alami dan situasi yang bisa ditebak tempatnya, situasi pedesaan yang cukup memprihatikan. Hal ini bisa dilihat dari penyampaian Seri Banang, sedang di luar jendela neon tidak terpasang.
Bait ketiga, bisa dikatakan penutup bait yang kuat untuk melukiskan ketakberdayaan, Dalam kelam rindu merengkuh/hatiku terjatuh di setiap perenggan/dalam mencarimu di setiap halaman/helaian demi helaian// Seri Banang mengungkapkan menjadi sosok seorang hamba dihadapan penciptanya. Pengakuan bahwa hakikatnya yang serbamaha hanyalah Tuhan.
Junglorong, 27 Desember 2021