Ogos 2017
E-SASTERA SAYEMBARA @ FACEBOOK – OGOS 2017
“SAYEMBARA MENULIS SAJAK BALADA”
Hadiah: PERTAMA RM100. KEDUA RM50.
https://www.facebook.com/groups/1227087207402547/permalink/1260795470698387/
PENYERTAAN
https://www.facebook.com/groups/1227087207402547/posts/1296218657156068/
Pihak E-SASTERA telah menerima enam penyertaan seperti yang berikut:
1. Paridah Ishak – Sajak Balada Tun Fatimah.
2. Mamat Ramli – Balada Seorang Ah Swee @ Rohani
3. Biolen Fernando Sinaga – Balada Petani Garam.
4. CT Nurza – Mitos Luka Gunung Santubong.
5. Gabriel Kimjuan – Balada Untuk Negaraku.
6. Human S. Chudori Chudori Humam – Penyair Di Negeri Antah Berantah.
KARYA YANG MENYERTAI SAYEMBARA INI
———-1———-
TUN FATIMAH
Bermukaddimah dengan saksama,
citra sejarah silam, sulam ingatan, kisah menarik terkedu kata. Nafas dihela mengurut dada.
Tun Fatimah nama lagenda dalam ingatan diri wanita yang tabah berani bersemangat tegar, hadapi apa sahaja dugaan merintang hidupnya.
Serikandi Melaka ulung agung itu cabaran hidup tinggi menggunung, menjadi mangsa fitnah membusung,
Seisi keluarga habis dipancung.
Sedih dirinya menanggung duka, tangisnya berderai tak mampu diseka selendang sutera, ayahandanya dibunuh luka, termasuk suaminya tercinta,
jua semua adik beradiknya. Mimpi buruk menabiri ruang kamar hidupnya.
Konon ayahanda tercinta dituduh persiap diri, hendak menjadi sultan Melaka
Merampas kuasa kabar diperi, dengan biaya emas berkati. Disebar merata pesara laku bendahara Melaka yang durjana sifat tercela.
Sultan pantas menghukum. Bendahara Tun Mutahir dipancung. Maka bercerailah nyawa di badan angkara fitnah yang tidak terselesaikan.
Tun Fatimah dirundung sedih bukan kepalang, usaha membongkar jangan ada yang halang, mencari bukti hingga ke akar.
Segala punca dicari selongkar,
akhir terbukti fitnah menggegar. Tuntas tumpas komplotan musuh yang merusuh.
Bukan mudah usaha Tun Fatimah, mencari bukti dengan berhemah, lagak wanita serikandi berbudi tinggi. Lemah lembut tutur bicara, di hadapan sultan hadap pemfitnah, penyebar angkara memusibah.
Bukti yang nyata tak dipertikai. Tun Fatimah bijak laksana, puteri ayu arif menilai,
sukar disanggah diterima pakai.
Sultan Melaka rasa bersalah, menjatuh hukum pada pesalah mangsa bobrokan pemfitnah.
Penyebar fitnah terima padah, setimpal dengan apa dimadah.
Tun Fatimah disanding sultan, sebagai permaisuri
gelaran “Tun Kudu” diberikan, tanda kasih dan penghormatan,
kepada suri tegar cekalan.
Jiwa Tun Fatimah jiwa kersani, tabah ujian hati berani, jiwa merdeka
walau menangis sabar hadapi,
berkeluh kesah tidak sekali. Semangat serikandi terpuji. Kekal dalam catatan sejarah.
PARIDAH ISHAK
Selayang Utama,1/08/017
———-2———-
Balada seorang Ah Swee@Rohani
Kami disanding di pangkin buluh lusuh
tersorok di bawah rumah ayah
dikelilingi teman-teman bersorak riuh
petanda teruja kami terjodoh.
Pengantin lelaki berseluar kelabu tidak berbaju
masai rambut tidak kenal shampoo
mempelai perempuan berbaju lusuh tidak berbasuh
berambut dawai mengurai ditatahi telur kutu
sesekali teman-teman bersorak, kami tersipu malu
kata mereka pasangan sepadan paling sekupu.
11.
Setelah setengah abad berpisah
ketentuan ditemukan kembali
di kedai dobi, sebagai tukang cuci
setelah kematian suami Malbari akibat tibi
sebuah mimpi dalam realiti.
Itu pun setelah puas kuamati
baru pasti kau adalah Ah Swee@ Rohani
anak Tionghua, anak angkat ibu tunggal
di bawa dari Singapura.
Ketika aku tinggal desa
hijrah ikut keluarga ke kota
kabarnya ibumu meninggal
langsung kau jadi bola
bertukar tangan pindah merata
terpaksa pasrah siapa jua piara
dari desa terlantar di kota
lalu dewasamu dengan air mata luka jiwa
terjodoh dengan Malbari berusia.
111.
Ah Swee@Rohani
pertemuan ini persis dalam mimpi
setelah usia senja menunggu pergi
aku sangat mengerti
dilurah jalur pada wajahmu
terpapar cerita sengsara menempuh pancaroba
tiada sejalur suka
walaupun engakau enggan bercerita
cuma senyum sekelumit
setelah kau pasti bahawa aku kawan sepermainanmu
mungkin terimbau kembali
kenangan kita dulu
disanding sebagai pengantin baru
di pangkin buluh lusuh
di bawah rumah ayah.
EMRA.
K.Terengganu.
Pengirim:
Mamat@Ramli bin Embong
Lot.296, Kg.Surau Panjang,
21070 K.Terengganu.
Nama Pena- EMRA.
email -mamatramli47@yahoo.com
———-3———-
Biolen Fernando Sinaga:
BALADA PETANI GARAM
Dengan senyum termanis,
kau bujuk airlaut perlahan menjadi garam,
dia takkan menjadi manis melainkan asin,
dia takkan menjadi hitam melainkan putih.
Namun jika dia tak menjadi murah tetapi mahal,
itu bukan salahmu.
Sebab mungkin pantailah yang direklamasi,
sehingga tak banyak petak tambak garam kaumiliki,
atau sampah telah menghiasi laut,
sehingga tambak garammu dinodai banyak benda asing.
Semahal-mahalnya garam,
takkan bisa menyulap tawamu lebih ceria,
sebab pedaganglah yang berkuasa permainkan harga,
sedangkan petani garam hanya bisa pasrah saja.
Caping penutup kepalamu kini kian lusuh,
seperti air laut yang kini semakin keruh,
pohon bakaupun tak ada tempat berteduh,
harga garam bikin politik menjadi kusruh.
Aku susah sungguh,
mengingat kau penuh seluruh.*
Medan, Ogos 2017.
Catatan : *diambil dari frasa sajak Chairil Anwar dari sajak ‘Doa’.
———-4———-
MITOS LUKA GUNUNG SANTUBONG
Saat impian terkota
menjejakkan kaki ke Bumi Kenyalang
hati berbunga riang
saban hari menghitung waktu
tarikh dinanti sentiasa diteliti
malam yang indah dan hening
pesawat Air Asia merealitikan mimpi
dari KLIA aku berlepas ke Kuching, Sarawak
mengikut rombongan keluarga
meraikan majlis konvokesyen di UNIMAS
ruang angkasa kami lewati.
Indahnya Bumi Kenyalang
bumi yang tercipta mitos sejarah
sejarah seorang puteri kayangan
Puteri Santubong dan Puteri Sejinjang
menjadi lagenda sehingga kini
berkisah cerita kerana iri
lantaran berebutkan seorang putera
Putera Serapi yang kacak dan tampan
datang berkunjung ke sebuah kampung
untuk melihat Santubung dan Sejinjang.
Kedua-dua puteri terjatuh hati
Putera Serapi ingin dimiliki
lantas bermulalah pergaduhan antara puteri
kuasa sakti mula digunakan
aluk dan belida menjadi saksi
Puteri Santubong dan Puteri Sejinjang
tersungkur rebah menggelupur kesakitan
kilat dan guruh sabung menyabung bergantian
cahaya di langit memancar terang
tubuh sang puteri kelihatan terangkat
akhirnya disumpah menjadi pulau dan gunung
Serapi kesedihan menghilangkan diri
di sebuah gunung dikenali Gunung Serapi
tiga gunung yang menyimpan mitos tersendiri
tentang dua puteri seorang putera
tragis kisahnya menyayat hati.
Air mataku mengalir laju
saat menatap Gunung Santubong
terbujur kaku bagai mayat dikafan di hadapan mata
tika puncak Santubong kutatap nyata
sebak memberat di kelopak rasa
lagenda putera dan puteri tersemat di hati
ada pengajaran dan sempadan menjadi ingatan
diambil sebagai iktibar diri.
Al-Fatihah.
Nukilan,
©CT Nurza
Pelabuhan Klang, Selangor.
22 Ogos 2017
———-5———-
BALADA UNTUK NEGARAKU
Berselipar jipun adalah pejuang
berjalan selama abad yang panjang
bahu mengangkat beban berulang
bersembunyi dibawah dahan bayang
bermalam sehingga sekarang
belum juga mahu pulang
bertenang dalam erti sayang
begitulah pengorbanan seseorang
berlapar tidak kenyang
berhaus tiada basah berkunjung
bertemu dengan senapang
bersama boneka petualang
buat bangsa yang berperang
biar darah terakhir berlinang
bersiap untuk mati sebagai hutang
bangun terus untuk dihitung
berjuta doa buat negaraku gemilang.
Hasil Nukilan;
GABRIEL KIMJUAN
Taman Mutiara,
Labuan, Malaysia.
19 Ogos 2017
———-6———-
PENYAIR DI NEGERI ANTAH BERANTAH
seorang penyair rambut awut-awutan
bukan karena tak peduli tampilan
bukan sebab ia ingin dianggap seniman
tetapi ide yang mengilham
dalam pikiran tak mampu ia lahirkan
ia mengembara ke mana-mana
membawa jeritan kaum papa
yang disaksikan saat menjelajah
desa-desa juga pojok-pojok kota
yang sulit isi perut
karena tiada yang patut
masuk lewat mulut
tuk sekedar penahan lapar
sementara
di tempat lain ia saksikan
ada yang berbondong-bondong
habiskan uang hingga jutaan
sekadar sejenak saksikan
segelintir selebritas yang berjingkrak
di atas panggung mewah
dengan paduan banjir sinar
membasahi tubuh sang bintang
yang berkeringat popularitas
sang penyair menemukan sebait puisi
: ironi
ketika sang penyair membaca trotoar
ia melihat pedagang kaki lima
tengah merenda harapan
laksana barisan huruf
tuk dijadikan puisi kongkret
tetapi diacak petugas berseragam
dan tak mampu melawan
sebuah sajak tergambar dalam pikiran
: zalim
sebuah kotak menyiarkan suara
melayangkan gambar hidup
melempar berita, ada
sejumlah anggota legislatif
yang menuntut fasilitas manja
mereka telah kehilangan nurani
pada nasib jutaan yang diwakili
saat mencari nasi
sebuah larik syair muncul
dalam benaknya
: ketidakadilan
dalam pengembaraannya
lelaki kurus yang dianggap gila
tertidur di bawah jembatan
sambil memeluk setumpuk sajak
yang tak pernah dilahirkan
ia ngeri menulis sajak
yang telah menghamili benak
meski hanya di atas kertas buram
sebab jiwanya dibelenggu
aroma ketakutan
– 2017 –
Humam S. Chudori
Pondok Maharta, Blok B-22 No. 7, Pondok Kacang Timur, Tangerang Selatan, Banten – 15226, Indonesia. phone 0896 5201 9832,
E-mail: hoesanchu@gmail.com humamsc@yahoo.co.id,
Bank BCA kcp Pondok Lestari, no. Rekening 3451328938 a.n. Humam Santosa Chudori (nama lengkap)
Npwp 69.287.199.9-411.000
KEPUTUSAN
Hadiah Pertama (RM100): Karya 2 (EMRA, K.Terengganu).
Hadiah Kedua (RM50): Karya 3 (Biolen Fernando Sinaga, Medan).
Syabas kepada para pemenang. Maaf kerana lama menunggu.
TAMAT.