Sayembara ESVA-8

”SAYEMBARA MENULIS SAJAK COVID-19”

Tempoh: Jumaat 23.04.2021 – Sabtu 24.04.2021 11:59PM.

HADIAH:

Ke-1: RM101.
Ke-2: RM100.
Ke-3: RM99.

Emelkan sajak anda ke:

GaksaAsean@gmail.com
Subject: Sayembara Covid-19.

Sayembara ini dianjurkan oleh Gaksa@Kuala Lumpur (http://gaksa.blog)

TAMAT.

PENYERTAAN:

Sayembara ESVA Ke-8: Covid-19 (23-24.4.2021). 10 Peserta:

  1. Tuan Siti Mustazameatun (Aku dan Tembok Wabak).
  2. Sujata Wee (Dengarlah Rayuan Kami).
  3. Lim Wei Wen (Kisah Dirimu Berkurung).
  4. Sriwati Labot (Ziarah Zarah).
  5. Dimas Indiana Senja (Di Mana Kita Berteduh Semestinya?)
  6. Mokhtar Rahman (Hidup Bersama Korona).
  7. Gabriel Kimjuan (Sebuah Pertarungan Di Taman Sekawan).
  8. Muhammad Lutfi (Harapan Penyembuhan).
  9. Moh. Ghufron Cholid (Rupa Terbaru Dari Waktu).
  10. Wanto Tirta (Kenduri Puisi Di Sela Covid 19).
  11. Wanto Tirta (Masih Tersisa Waswas).
  12. Cunong Nunuk Suraja (Tembang Corona Virus Bengis).

TAMAT 2.

KARYA PENYERTAAN

1.

Aku dan Tembok Wabak

Banduan ini terhukum
di sebalik tembok wabak
yang memenjara jiwa.
Digari oleh rantaianmu
yang sukar diputuskan
walau amalan berkelana
bermandi air jernih sanitasi
duduk baring di kamar sama
masih juga aku kalah
kepada kebal penjara ini.
Ngeri mendengar laungan perit
di tali gantung korona
terpekik-pekik menzahir sakit
di sebatan rotan virus
terkulai tanpa mampu menjerit
sedang aku memencil
takut hukuman turut terpalit.
Nyawa memberat di halkum
nafas sengsara menjadi sesak
aku ibarat mayat bernyawa.

TUAN SITI MASTAZAMEATUN
KOTA BHARU
07/02/2021

2.

DENGARLAH RAYUAN KAMI

Sampai bila kami harus menderitakehadiran yang sepantas kilat tiada terdugamerampas ketenangan mengalirkan air mata rengsaterkurung kami tidak bebas lagi ke mana-mana.
Pelitup muka penyukat suhu menjadi teman setiabelajar menyantuni norma baharu meramahi perjarakansegala urusan dalam talian menjadikan suasanaterasa asing namun itulah kenyataanramai terkorban tanpa saudara mara di makam.
Insan hilang mata pencarianrumah-rumah tumpangan kosong dan lengangpesawat tidak lagi membelah angkasa dengan megahkami hanya berdiam di rumah dan anak-anak tidak dapat ke sekolah meneruskan rutin harian.
Kembalikan keceriaan hidup kamicukuplah ujian yang diberi bertimpa-timpa selama inikami ingin menghirup nyamannya udaratanpa pelitup muka juga bersalam-salamanseperti sedia kalakasihanilah kami kembalilah ke tempat asalmuKorona yang mendera jiwa.

Pengirim: Sujata Wee
Alamat: Pt 284 Jln Baru Kg Kulim 16250 Wakaf Bharu Kelantan.
No telefon:01111025928

3.

Nama:Lim Wei Wen
Nombor kad pengenalan : 990616-04-5035
Alamat rumah : NO-76, Jalan M 44, jalan batu berendam 75350, Melaka
Nombor telefon : 011-36408509
E-mel : limweiwen@graduate.utm.my
Tempat pengajian : Universiti Teknologi Malaysia (UTM), SKUDAI, JOHOR
Judul Puisi : Kisah Dirimu Berkurung

Kisah Dirimu Berkurung

Malam bertambah gelita
sebelum langit beransur cerah
ceruk kamar nan dimaknai kekontangan
merantai sekujur kebebasan
tanpa niat beringkar mahupun lawan
dirimu berkawan dengan kesepian
dalam sangkar pengasingan.

Suara mendayu anak petualang
makin menghilang
gempita di pintasan jalan
tinggalan bayangan.

Adalah terlalu awal diisytihar menang
tatkala dunia masih lagi berperang.
melawan ancaman wabak terpampang
akan dirimu terus berkurung
demi sebuah kesejahteraan
nan bakal diundang.

Universiti Teknologi Malaysia
24 April 2021

4.

Tajuk : Ziarah Zarah (Covid 19)
Karya : Sriwati Binti Hj Labot.

ZIARAH ZARAH

Tanpa salam
kau masukkan siang ke dalam malam
kau bungkus bumi ke dalam sepi
kau susun kami ke dalam diri.

Tanpa salam
kau berjalan mengekori angin
meniti hari
untuk kembali.

Ziarahmu bersalam seribu erti.

Simanggang, Sarawak.
Malaysia.

5.

DI MANA KITA BERTEDUH SEMESTINYA?

seorang anak menengadah
menunggu langit membukakan pintu
—tempat doadoa terasa piatu
hujan tak kunjung tiba
luka tak kunjung purna
hari berjalan begitu lama
orangorang tertatih dalam jalan setapak
lelah perjalanan dan lepuh telapak
tak mampu membaca musim ke mana arahnya
di televisi, berita serupa kabar kematian
kenyerian dan kengerian silih berganti
menjelma daftar panjang kehilangan
airmata menggenang dalam diam
malaikat dibantu mesin penghitung
mencatat ribuan nyawa dalam statistik
serupa bayanganbayangan hitam
dalam sejarah umat manusia
di mana kita berteduh semestinya?
orangorang tak lagi saling percaya
sebab mulut dibungkam ketakutan
sebab tangan dibasuhbasahkan keresahan
sebab kehadiran dijarak kecurigaan
di mana kita berteduh semestinya?
atapatap kebahagiaan telah tumbang
pohonpohon kehidupan habis ditebang
lelah dan gerah menjelma catatan harian
dipenuhi serapah dan debudebu jalanan
seorang anak menengadah
menunggu langit membukakan pintu
—tempat doadoa terasa piatu
tuhan tak kunjung tiba
duka tak kunjung sirna

Halaman Indonesia, 2021.

Dimas Indiana Senja, nama pena dari Dimas Indianto S. Penulis,
peneliti, dan Dosen IAIN Purwokerto.

6.

HIDUP  BERSAMA  KORONA

Bila dia enggan pergi

kamu terpaksa tinggal bersamanya

setahun, sepuluh tahun

atau sepanjang hayat mungkin!

mahu kamu mendekatinya?

mahu kamu menggaulinya?

dia mengerti

kamu tidak ingin dijamah,

Lalu saban hari kamu sendirian,

mana mampu kamu ke pasar raya

atau berpesta bersama rakan?

saat bersua dengannya, sial kamu!

Dia bakal jejakimu kemana-mana,

sebaik kamu bertandang luar premis

hatta tindak tandukmu menjadi kaku

selagi tidak menurut telunjuknya,

hati-hati dakapannya sulit dilepas

sekalipun kamu membenci dan bosan,

Kamar tidurmu menjadi pejabat

tatkala akur kerja dalam talian,

ruang tamu kediamanmu menjadi restoran

bila grab sering menghantar makanan,

demikian ruang rehatmu seperti bilik kelas

lantaran anak-anakmu belajar

lewat skrin tablet,

Aduhai, entah bila korona bakal nyah

dari duniamu?

(Tuhan ada jawapannya)  

Kata abah,

belajarlah hidup bersama korona

pasti janggal memulanya

namun kelamaan menjadi kebiasaan.

MOKHTAR  RAHMAN
Alor Setar

7.

SEBUAH PERTARUNGAN DI TAMAN SEKAWAN

Bumi berkongsi cerita kawan
tentang cinta ciptaan Tuhan
kita masih tutup mata senyuman
tanpa sentuhan sesama insan
Kota mega menjadi perjudian kuasa
kota bangsa menjadi tebuan berbisa
kota cahaya menjadi pelindung manusia
setahun dijajah tidak hilang dipecak masa
Halimunan suntik kematian bernyawa
ketakutan mengalahkan iman dan takwa
lekukan tetap menjadi rujukkan dunia
ikhtiar melandai sebuah senjata rahsia
Sebuah pertarungan di taman sekawan
bila saatnya akan ada diperhentian
kembalikan mimpi kenangan berzaman
hampir hilang di peradaban insan

Nukilan;
GABRIEL KIMJUAN
Taman Mutiara, Labuan, Malaysia.
24 April 2021

8.

Harapan Penyembuhan

Karya: Muhammad Lutfi

Pandemi seperti sarang racun
menebar sakit dan lara beserta
air mata yang mengalir dalam setiap pangkuan
hijrah dan pergi entah rimba kemana
seperti bunga mekar lalu terbang
raib dibawa angin datang
menjelma penantian dan mengadakan harapan.

Pati, 24 April 2021

9.

RUPA TERBARU DARI WAKTU

Covid-19 bertamu
Duka menyalami waktu
Tetapi ada yang seteguh karang
Yang memaknai segala adalah cinta

Covid-19 bertamu
Menyeleksi hatiku dan hatimu
Tetapi ada yang tak pernah berlari
Hatinya terpaut Ilahi

Covid-19 bertamu
Rupa terbaru dari waktu
Yang teguh pada Ilahi
Yang tak pernah takluk pada nyeri

Moh. Ghufron Cholid
Junglorong, 24 April 2021

10.

Puisi Corona
Wanto Tirta

KENDURI PUISI DI SELA COVID 19

Masih tersisa isak tangis
Keluarga mengantar dari kejauhan
Lantaran larangan tak boleh mendekat jasad terinfeksi covid-19

Hamparan puisi mencatat indah
Miris mengiris waktu lautan pandemi
Setahun sudah berlalu
Belum habis cemas pilu

Pada bumi puisi
Ingin kutanam benih optimis
Menyeru kalbu gelorakan riang
Menambah imun kuatkan badan
Tebar kebaikan di langit harapan
Sambil menari rayakan cinta kenduri puisi

Lautan dunia riuh debur ombak politik
Sampah angkara para pecundang
Hujan kekejaman dan ketidak-adilan
Kesewenangan kaki kekuasaan injak HAM
Dengan nurani embun ingin puisi hadir bersihkan semua itu

Seraya dunia nyaring lantunkan bait-bait puisi berdiksi nurani illahi

21032021

11.

Wanto Tirta
MASIH TERSISA WAS-WAS

Masih tersisa was-was di bilik hati
Satu tahun pandemi menghantui
Meneror dunia tanpa kenal benua
Pecah di wuhan menjalar ke mana-mana

Para dokter dan ahli tak henti meneliti
Membuat obat dan vaksin
Menyelamatkan jutaan jiwa
Tak terkecuali di Indonesia

Dua maret duaribu dua puluh
Kasus pertama ditemukan di tanah air
Komentar menteri kesehatan optimis bisa ditangkal
Nyatanya gempar sampai sekarang
Pandemi covid 19 masih menyebar
Merusak ekonomi dan pembelajaran
Baik di sekolah madrasah pesantren maupun perkuliahan

Juga industri dan perkantoran
Semua sektor terdampak kelabakan

Rakyat teriak butuh makan tak bekerja
Terkena pengurangan gaji maupun PHK
Banyak usaha gulung tikar
Sektor pariwisata
Perhotelan dan wahana hiburan
Tutup total
Karyawan di rumahkan
Anak istri dan keluarga kebingungan
Mau makan apa
Uang tabungan makin tipis
Dompet kosong pikiran bengong

Setahun pandemi covid 19 masih tersisa siksa
Korban berjatuhan di mana-mana
Uang negera dianggarkan tangangi para korban
Banyak yang sembuh ada pula yang meninggal
Tidak hanya warga biasa atau pejabat
Juga para petugas medis
Dokter umum maupun spesialis

Hati pedih teriris
Tak jemu usaha dan usung doa

Minta pandemi segera reda
Sambut kebiasaan baru dengan new normal

Kian hari was-was kusimpan tutup mega
Buka awan mentari menjelang
Sambut terang optimis sehat kuat
Bersama siap menang

02032021

12.

TEMBANG CORONA VIRUS BENGIS

kelalaian menyilang tanda perjalanan menyerap
mentari lengkung pelangi putaran angin
bernyanyi, gigil berkerumun di mulut hutan
belukar gelap menyapu gelombang menggenang
sudut kamar corona mendentum menyumbat kegarangan

penyamun di bayang daun puisi deras
tumpah di kasur basah buyar pelamun
menatap jalan setapak hujan sebotol
miring banjir terseret kota sibuk
mengais imun melawan ketakutan akal

mengawal di jalur secantik alis dewi
imaji nun tawa pelapang dada
terselip di pinggang bergantungan sepasang pedang
mereguk pesan sandiwara menangkal petaka

dalam babak-babak puncak kisah-kisah cinta
membara sang tokoh utama mereguk
pesan mimpi tergoda goyang bumi
menggenggam kepala lawan tertetak pedang
melayang dibaling-balingkan kencang imajinasi bulan

sejuring langit mendekap bumi sebelum
gerimis usai gersang lembah berseri
mengering kerontang dijilat lidah panjang
kemarau gunung menyerap sari hari

dalam wujud pasir hitam menebar

terseret arus sungai ke angkasa tinggi
geliat naga air menggulung negeri
kesadaran memutus melipat kumis dewa
menjejak menari mabuk diri hinggap
pagi dalam bekap dada bestari

Coumbus, OH 2021.

TAMAT 3.

KEPUTUSAN

Keputusan Sayembara ESVA-8 (Menulis Sajak Covid-19)

Pertama (RM101): Dimas Indiana Senja (Di Mana Kita Berteduh Semestinya?). (Paid).

Kedua (RM100): Cunong Nunuk Suraja (Tembang Corona Virus Bengis). (Paid).

Ketiga (RM99): Muhammad Lutfi (Harapan Penyembuhan). (Paid).

Ulasan:

Puisi Dimas Indiana Senja mengalir lancar dari sungai kata yang panjang hingga membentuk beting makna di muaranya.

Puisi Cunong Nunuk Suraja bermain di padang kata nan luas, meneroka, mengejar rama-rama dan memetik bunga aneka warna.

Puisi Muhammad Lutfi padat, menggalas mesej dan makna yang kuat di pundaknya, tentang sebuah harapan di sebalik ancaman pandemik.

TAMAT 4.