Paling tidak pertemuan ini bukan hanya pertemuan seremonial atau pertemuan sekedar happy-happy melain pertemuan penuh gizi. Pertemuan yang diikuti 5 Negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailan.
Dikemukakan juga bagaimana buku TULAH terbitan GAKSA. Judul Kumpulan Cerpen ini diambil dari salah satu cerpen yang ditulis oleh Dimas Indiana Senja, Rois Rinaldi Banten menyebut Tulah sebagai Karma sedang Moh. Ghufron Cholid (Madura) menyebut TULAH sebagai belet atau nulaeh, semacam efek bagi seseorang yang melanggar suatu aturan, atau efek pada seseorang yang tidak sopan (langka) kepada orang tua atau guru.
Pertemuan ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 27 Maret 2021 setelah Sholat Isyak. Dipaparkan juga dalam pertemuan virtual ini bagaimana kebiasaan Prof Irwan Abu Bakar (Malaysia) dalam menulis cerita mengaitkan dengan Meja 17, maka Dimas juga mewanti-wanti kemungkinan terburuk akibat sering mengulang repetisi 17 juga menawarkan solusi jika ingin terus mengaitkan dengan Meja 17 untuk senantiasa memilih ide segar agar tidak terkesan monoton.
Irwan Abu Bakar menimpali pembahasan tersebut bahwa penulis kerap menulis apa yang ada di otak dan bisa saja apa yang ditulis merupakan suatu ramalan masa mendatang. Dalam pertemuan ini pula juga dibahas bagaimana sejarah dihadirkan dalam sebuah karya sastra.
Cunong Nunuk Suraja (Indonesia) yang kuat menulis karya berlatar sejarah adalah Kuntowijoyo, sementara Dimas lebih menyorot pada keterjebakan-keterjemakan karya sastra berlatar sejarah sehingga karya jenis ini kurang terlalu diminati. Ajib Rosyidi merupakan penulis yang bisa dikatakan berhasil.
Dalam pertemuan virtual ini, Moh. Ghufron Cholid (Junglorong) ikutserta membacakan puisi spontannya berjudul Pertemuan Sasterawan Asean Kedua, sebagai bentuk apresiasi maupun renungan atas terselenggaranya pertemuan virtual yang sarat ilmu bergizi.
Pertemuan yang kedua menggunakan aplikasi Google Meet sementara Pertemuan Sasterawan Asean yang pertama menggunakan aplikasi ZOOM, hal ini menandakan bahwa generasi milineal adalah generasi yang akrab dengan teknologi. Adanya teknologi bukan hambatan berkarya melainkan mempermudah berkarya hingga lintas negara dan lintas generasi.
Oleh:

Moh. Ghufron Cholid.
Madura, 29 Maret 2021.
TAMAT.