Pertemuan virtual ini dilaksanakan pada 20 Februari 2021, dengan meluncurkan 10 buku terbitan Gaksa, 8 buku puisi dan dua buku cerpen.

Dimas Indiana Senja menyoroti 10 buku yang diluncurkan dengan sebuah statement barangkali untuk terbitan selanjutnya lebih selektif dalam menghadirkan karya yakni dengan memasukkan satu karya untuk satu penulis, yang lebih representatif.

Prof Irwan Abu Bakar dalam menghadirkan buku ke persada ASEAN lebih menitik beratkan bahwa sebenarnya membuat suatu karya bisa diinisiatif dengan memberikan kesempatan penulis dari negara lain, membahas negara tujuan dalam sebuah karya dengan cara menjalin hubungan antar negara semisal menjalin ikatan pernikahan antara orang Malaysia dan orang Indonesia begitu pula sebaiknya.

Menurut Isbedy, sebenarnya bisa ditempuh tampa jalur pernikahan dengan cara mengirim penulis ke sebuah negara dengan diberikan fasilitas yang dibutuhkan, semacam residensi penulis.

Pertemuan virtual tersebut tak hanya berisi tentang peluncuran buku dan mendiskusikannya tetapi juga diisi dengan persembahan, semacam pembacaan puisi.

Meski hanya pertemuan virtual namun keakraban yang tercipta selaksa pertemuan nyata, yang hadir bisa menyaksikan diskusi dan persembahan (penampilan pembacaan puisi) atau puisi yang dilakukan.

Tampaknya apa yang diusulkan Dimas segera diterjemahkan dalam sebuah buku cerpen yang kini masih dalam proses penggarapan naskah. 1 buku berisi 15 penulis dengan perincian 1 penulis 1 karya.

Kita bisa menantikan kejutan ini, sejauh mana kerja tim kurator mampu menghadirkan ASEAN dalam sebuah buku yang pada akhirnya disadari atau tidak bisa menjadi tambahan referensi bila kita ingin lebih mengenal ASEAN melalui karya.

Oleh:

Moh. Ghufron Cholid.
Junglorong.
23 Februari 2021.

TAMAT.