[Kepada Bang Hefra Lahaldi]

Tidak ada bakutanya
Tentang seberapa kental kita
Menyiramkan darah di nadi-nadi
Lengan perjuangan ini

Hanya dari aroma rindu dan cinta
Seketika kita menyadari
Ada gelombang yang harus melaju
Menerobos keakuan dan kekakuan
Yang menggumpal pada labirin pergerakan

Seperti biasa kita akan tersenyum
Saat dihantarkan pada lembah pergolakan
Kemudian kita tersipu
Mendapati bising yang ternyata mengalir
dari jendela rumah sendiri
Selanjutnya kita sama tergelak
Menertawakan diri sendiri

“Perjuangan sebercanda ini!
Ada yang mati-matian menghidupkan lawan
Ada yang hidup-hidupan mematikan kawan
Menyuarakan kebenaran di jalan-jalan
Akan tidak ada guna saat ditimpa pertanyaan
Seberapa jauh hidup di pengajian?” selorohmu di antara embus angin perbukitan.

Yang pasti kita tidak pernah bersembunyi
Hanya barangkali misterius saja. Iya, kan?
Seperti sekawanan kambing hutan
Menapaki batuan curam perbukitan
“Aku melihatmu
Dan engkau melihatku
Hanya saja lahan kita berbeda!”
begitulah engkau menerjemahkan filosofinya.

Kurasa kita sejalan
Eh, maksudku, sejak dahulu kita berjalan
Belajar pada alam raya
Menjajaki manusia di belakang meja
Dari situ kita tahu
Perjalanan butuh arah baru
Warna hanya pembeda
Belum tentu berbeda.

FOTO PENGIRING: Gambar di Bukit Besak, Kabupaaten Lahat, Sumatera Selatan. Penulis dan Bang Hefra Lahaldi.

Oleh:

Aan Kunchay.
Bukit Besak.
26 Oktober 2019.

TAMAT.