
Tugasku hanya mengantar surat
yang kutulis dari mataku dan tinta
adalah air mataku.
Jika sampai
tak kutanya lagi apakah dibaca
atau kau larungkan di sungai
bagai musa yang dulu dihanyutkan
sebelum ditemukan seorang raja
lalu jadilah anak istana yang dicintai
permaisuri.
Apakah ayat-ayatku mengalami
nasib serupa; permata di hatimu atau
dibakar bersama lembar-lembar lain
hingga jadi abu. batu akan kembali
pada tanah, surat terbang ke langit.
Nasib surat-suratku punya takdir
sendiri. seperti juga tubuhku;
hangus dalam api ataukah habis
dimakan lumpur. tanah yang mula
aku ada di sini. sebelum hawa menjadi
teman khianat, habil-kabil bertikai…
Sebelum segala…
Ayat-ayatku bukan lagi punyaku
ketika ia kularungkan di sungai itu
ia bisa menjadi kapal
sayap burung
ular yang menunggu mangsa.
Atau diam dalam benakmu
mencari rumah untuk mengerti pulang?
Oleh:

Isbedy Stiawan ZS.
Indonsesia.
20/9/2020.
TAMAT.