
Abdul Wachid B.S. , dilahirkan di dusun terpencil Bluluk, Lamongan, Jawa Timur, 7 Oktober 1966. “Wachid BS” adalah putra pertama dari empat bersaudara. Ibunya (Siti Herawati, binti Muhammad Usmuni, bin Muhammad Dahlan), dan ayahnya (Muhammad Abdul Basyir, bin Masyhuri Wiryosumarto, bin Kromodimejo, bin Kartodimejo, bin Muhammad Muso Suromangunjoyo) seorang pedagang kecil, guru dan ketua yayasan di sebuah Madrasah kecil (Miftahul Amal). Melalui buku koleksi ayahnya, Wachid mulai gemar membaca.
Masa kanak, Wachid sangat dekat hubungannya dengan kedua kakeknya, baik dari pihak ibu (Muhammad Usmuni), maupun dari pihak bapak (Masyhuri Wiryosumarto). Dari kedua kakeknya itu dia mendengarkan khasanah cerita seperti fabel, epos Mahabharata, kisah percintaan Rama dan Sinta, Damarwulan dan Anjasmara, Jaka Tarub dan bidadari, Panji dan Candrakirana, juga sejarah kehidupan para wali dan sufi, sejarah kehidupan Nabi dan para pengikutnya. Sejak kecil dia juga suka menonton pertunjukan shalawatan, ludruk, wayang kulit, bahkan tayuban. Latarbelakang demikianlah menjadikan puisi yang ditulis Wachid bernuansa romantis sekaligus religius, hal ini pernah diungkapkan oleh kritikus Korrie Layun Rampan dan penyair Sutardji Calzoum Bachri di dalam artikelnya.
Wachid memulai pendidikan di dusunnya, di SDN Bluluk I sampai lulus (1972-1978/1979, bertepatan dengan pergantian Tahun Ajaran Baru dari Januari ke Agustus), tetapi Madrasah Ibtidaiyah tidak sempat diselesaikannya (hanya sampai kelas lima). SMP-nya dia selesaikan di SMP Negeri I Babat (1979-1982), kota terdekat dari dusunnya. Dia melanjutkan studi di SMA Negeri Argomulyo Yogyakarta (1982-1985), saat inilah Wachid mulai giat bersastra, dan bersama rekannya mendirikan majalah sekolah Mekar (Media Karya). Dia pernah kuliah rangkap di Fak. Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (1985-1987); dan di Jurusan Sastra Indonesia Fak. Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, lulus Sarjana Sastra (S.S.) pada tahun 1996. Di Pascasarjana UGM pula, dia memperoleh Magister Humaniora (M.Hum.) dari Program Studi Sastra (2007). Abdul Wachid B.S. lulus Program Studi Doktor (Dr.) Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dengan disertasi berjudul “Dimensi Profetik Puisi A. Mustofa Bisri Kajian Hermeneutika dan Pragmatik Sastra”, yang dia pertahankan pada Sidang Terbuka Promosi Doktor pada Selasa 15 Januari 2019.
SAJAK. Sebagian sajak Wachid terdokumentasi dalam antologi : (1) Sembilu (Dewan Kesenian Yogya, 1991), (2) Ambang (DKY, 1992), (3) Oase (Titian Ilahi Press, 1994), (4) Serayu (Harta Prima Press, 1995), (5) Lirik-lirik Kemenangan (Taman Budaya Yogya, 1994), (6) Tabur Bunga (Seperempat Abad Haul Bung Karno, 1995), (7) Negeri Poci-3 (Tiara Jakarta, 1996), (8) Mimbar Penyair Abad 21 (Balai Pustaka,1996), (9) Gerbong (Cempaka Kencana, 1998), (10) Tamansari (Festival Kesenian Yogya X, 1998), (11) Aceh Mendesah dalam Nafasku (Kampanye Seni untuk HAM Aceh, 1999), (12) Embun Tajali (Aksara Indonesia, 2000), (13) Angkatan Sastra 2000 (Grasindo, 2000), (14) Hijau Kelon (Kompas, 2002), (15) Medan Waktu (Cakrawala Sastra Indonesia, Dewan Kesenian Jakarta, 2004), (16) Untuk Sebuah Kasihsayang (Penerbit Bukulaela, 2004), (17) Laki-laki Tak Bernama (Pustaka Ilalang, 2008), (18) Puisi Menolak Lupa (Obsesi Press, 2009), (19) Pilar Penyair (Obsesi Press, 2011), (20) Sauk Seloko: Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI (Dewan Kesenian Jambi, Desember 2012), (21) Pilar Puisi (STAIN Press, September 2013), (22) Antologi Puisi 90 Penyair Yogyakarta Lintang Panjer Wengi di Langit Yogya (Pesan Trend Ilmu Giri, Maret 2014), (23) Negeri Laut: 175 Penyair dari Negeri Poci 6 (KosaKataKita, 2015), (24) Matahari Cinta Samudera Kata (Yayasan Hari Puisi Indonesia, Yayasan Sagang, 2016), (25) Syair-syair Indonesia (Interlude dan Pujangga Press, Mei 2016), (26) Negeri Awan: 174 Penyair dari Negeri Poci 7 (KosaKataKita, 2017), (27) Negeri Bahari: 199 Penyair dari Negeri Poci 8 (KosaKataKita, 2018), (28) Pesisiran: 189 Penyair dari Negeri Poci 9 (KosaKataKita, 2019), (29) Gregah: Kumpulan Puisi dan Geguritan Jogjalitfest 2019 (Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019), dan lainnya.
Sajak Wachid juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman dan Inggris, dan dimuat dalam Antologi Puisi Indonesia Modern EQUATOR (setebal 1233 halaman is, Editor: Sri Hartati, Renville Siagian, M. Haryadi Hadipranoto, Terjemahan : Naswin Djamal, Penerbit Yayasan Cempaka Kencana, 2011).
ESEI. Esainya terdokumentasi dalam antologi : (1) Kiat Menembus Media Massa (Titian Ilahi Press, 1994), (2) Begini Begini Begitu (Dewan Kesenian Yogya, 1997), (3) Gus Mus: Satu Rumah Seribu Pintu (LkiS, 2009), (4) Creative Writing (STAIN Press, 2012).
CERPEN. Wachid juga menulis cerpen sekalipun tidak produktif, di antaranya terdokumentasi dalam antologi: (1) Cerita-cerita Pengantin (Galang, 2004; editor Triyanto Triwikromo, kata pengantar K.H.A. Mustofa Bisri), (2) Bacalah Cinta (Bukulaela, 2005, bersama cerpen K.H.A. Musofa Bisri, Dharmadi, Eko Sri Israhayu, Evi Idawati, Heru Kurniawan, Joni Ariadinata, Raudal Tanjung Banua, R. Toto Sugiharto), (3) Robingah, Cintailah Aku (STAIN Purwokerto Press, 2007).
BUKU TUNGGAL. Sementara itu, buku tunggal yang menghimpun karya Wachid, antara lain:
(1) Rumah Cahaya (cetakan ke-1, Ittaqa Press, 1995; cetakan ke-2 edisi revisi Gama Media, 2003; cetakan ke-3, Gama Media, 2005) merupakan buku puisi yang menghimpun karya awalnya. Buku puisi Rumah Cahaya ini sempat dikritik oleh Adi Wicaksono secara panjang-lebar di buku Histeria Kritik Sastra (Bentang, 1996), dan menjadi polemik berkepanjangan di koran Kedaulatan Rakyat (5 kali terbitan);
(2) Sastra Melawan Slogan (FKBA, 2000) merupakan bunga rampai esainya yang diberi kata penutup oleh Dr. Faruk;
(3) Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (Gama Media, 2002) merupakan buku yang diangkat dari karya ilmiah S-1, dan diberi kata pengantar oleh Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo;
(4) Buku pilihan puisi cinta 1986-2002, Ijinkan Aku Mencintaimu (Buku Laela, Cet.I-2002, Cet.II-2004), diberi kata pengantar oleh peneliti sastra dari Jepang, Urara Numazawa;
(5) Buku puisi Tunjammu Kekasih (Bentang, 2003);
(6) Beribu Rindu Kekasihku (Amorbooks, 2004) merupakan buku pilihan puisi cinta, diberi kata pengantar oleh Dr. Katrin Bandel (peneliti sastra Indonesia berkebangsaan Jerman);

(7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (Grafindo, 2005);
(8) Buku esai, Sastra Pencerahan (Grafindo, 2005); dicetak ulang oleh Penerbit Basabasi (2019), yaitu dengan menyatukannya buku Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri dan buku Sastra Pencerahan dibawah judul Sastra Pencerahan saja;
(9) Gandrung Cinta (buku kajian sastra dan tasawuf; Pustaka Pelajar, 2008), diberi kata pengantar Dr. Sangidu, M.Hum. ;
(10) Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron (Ce.II, 2009 sampai cet.V sekarang, Penerbit Cintabuku, 2012), merupakan edisi revisi Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (Gama Media, 2002) diberi kata pengantar Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo;
(11) Buku puisi Yang (Penerbit Cintabuku, Cet.I, 2011), diberi kata pengantar oleh Emeritus Professor Virginia Hooker FAHA, Australia Nation University;
(12) Buku puisi Kepayang (Penerbit Cintabuku, Cet.I, 2012), diberi kata pengantar oleh Dr. Lee Yeon, Dosen Tetap di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul, Korea Selatan;
(13) Buku puisi Hyang (Penerbit Cintabuku, Cet.I, 2014), diberi kata pengantar oleh Dr. Titis Srimuda Pitana, S.T., M.Trop.Arch., Dosen Tetap di Program Studi S-3 Kajian Budaya, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta; kata penutup oleh Naomi Kawasaki , seorang ahli batik berkebangsaan Jepang;
(14) Kumpulan Sajak Nun (Penerbit Cintabuku, Cet.I, 2018);
(15) Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus: Keindahan Islam dan Keindonesiaan (Penerbit Naunsa Cendekia, Bandung, 2020).
Tahun 2004 dan 2005, buku puisinya Rumah Cahaya dipilih oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai bacaan wajib bagi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, karenanya didokumentasi oleh perpustakaan SMA dan Madrasah Aliyah Negeri seluruh Indonesia.
Sejak tahun 2003-sampai sekarang, Wachid diminta oleh Kementerian Pendidikan Nasional RI menjadi Juri Lomba Mengkritik Karya Sastra (LMKS) dan Lomba Menulis Cerpen (LMC).
Event penting kesusastraan yang pernah mengundang Wachid membacakan puisinya: “Festival Kesenian Yogya” (FKY) III-1991; FKY IV-1992; FKY VI-1994; “Haul Seperempat Abad Bung Karno” di Blitar 1994; “Festival November 1996” di Taman Ismail Marzuki Jakarta; “Malam Milenium Baru 2001” di Taman Budaya Surakarta bersama Agus R. Sarjono, Ahmad Syubanuddin Alwy, D. Zawawi Imron, dan Rendra; dan, “Cakrawala Sastra Indonesia” di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 17 September 2004.
Wachid pernah menjadi dosen tamu untuk matakuliah Bahasa Indonesia dan Ilmu Budaya Dasar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta (1998-2000); dosen tamu untuk matakuliah-matakuliah ilmu sastra di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (1997-2013). Dia menjadi dosen tamu untuk matakuliah Apresiasi dan Kajian Puisi, Penulisan Karya Sastra, Puisi Lama dan Modern, Pengantar Teori Sastra di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (2008-sekarang).
Di samping menulis karya sastra, Wachid menjadi dosen-negeri di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
E-mail: abdulwachidbs@gmail.com
Facebook: http://www.facebook.com/abdulwachidbs

TAMAT.