kumpulan puisi
Abdul Wachid B.S.

Indonesia In April Guide: To Explore The Pristine Beaches And Islands

MELAUT INDONESIA

© E-sastera Vaganza ASEAN

BIODATA PENULIS

Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Wachid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan lulus Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (15/1/2019). Buku-buku karya Wachid : (1) Buku puisi, Rumah Cahaya (1995). (2) Buku esai, Sastra Melawan Slogan (2000). (3) Buku kajian sastra, Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (2002). (4) Buku puisi, Ijinkan Aku Mencintaimu (2002). (5) Buku puisi, Tunjammu Kekasih (2003). (6) Buku puisi, Beribu Rindu Kekasihku (2004). (7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (2005). (8) Buku esai, Sastra Pencerahan (2005). (9) Buku kajian sastra dan tasawuf, Gandrung Cinta (2008). (10) Buku kajian sastra, Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron (2009). (11) Buku puisi, Yang (2011). (12) Buku puisi, Kepayang (2012). (13) Buku puisi, Hyang (2014). (14) Buku puisi, Nun (2017). (15) Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus, Keindahan Islam dan Keindonesiaan (2020). E-mail: abdulwachidbs@gmail.com.

KARYA (PUISI)

SENARAI JUDUL

(3) Batu Layar. (2) Melaut Indonesia. (1) Sebuah Peta Buta.

3.
BATU LAYAR

di atas tikungan jalan ini
kucaricari apa yang
disebut batu layar
tetapi yang kujumpai

kehijauan pohonan
di sepanjang jalan
kebiruan langit dan laut
bertemu mesra berpagut

di atas undakan ke makam
ternyata hanya kopyah dan sorban
tanda ketundukan bersemayam
ketika sang kekasih pasujudan

ingin pulang kepada sempurna
menyebar kasih tanpa pilihpilih
sekalipun di mana pun jalan cinta
adalah pulang yang shahih

ingin pulang kepada sempurna
sabar yang tak berkesudahan
beristri beranak di bumi lombok
apakah pulang berarti kepergian?

sejak hujan dan petir menyambar
pulangnya adalah perginya
yang tinggal hanyalah batu layar
yang tunggal lurus ke arah ka’bah

sejak itulah di makam tanpa pusara
bersama guru kita tahlilkan rindu
kita nadzarkan sebuah pertemuan
sebelum mati sampai menunai haji

lombok, 13 agustus 2017.

2.
MELAUT INDONESIA

kalaulah laut yang
memisahkan pulaupulau
di antara kau aku
maka ombaklah yang

akan mengantarkan perahuperahu
sampai ke tepian pantai
harapharap cemas antara
datang dan pergi dan kembali

kalaulah laut yang
mempertemukan pulaupulau
di antara kita mereka
maka mataair lautanlah yang

akan mensenyawakan ruparupa
sampai ke palung samudra
kayuh, kayuh doa antara
pulaupulau hingga melaut indonesia

“nenekmoyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa”

yogyakarta, 27 oktober 2017.

1.
SEBUAH PETA BUTA

masih terkenang masa kanak
kau aku mempelajari sebuah peta buta
hanya ada pulaupulau kotakota
semua tanpa nama

kau begitu fasih menyebutkan
pulaupulau dari sabang ke merauke
dari sangihe talaut hingga
nusakambangan

tetapi engkau selalu bertanya kepadaku
bagaimana nenekmoyang sampai
ke mandagaskar melepas jangkar
bahkan sempat berjaya rajaraja

tetapi engkau selalu mengiri kepadaku
dan menguji tanya bagaimana
sriwijaya dan majapahit
menundukkan bandarbandar kota raja

hingga negaranegara di nusa antara
bertabik kepada daulat
bhineka tunggal ika
kau aku saling mengagumi sejak bocah

seperti mengagumi sebuah peta buta
tetapi kubayangkan wajahmu saja
aku tidak mampu
hanya bertahun kemudian
ketika kukunjungi kotakota
bandarbandar yang
dulu pernah kau tanyakan
aku menjadi heran mengapa

semua tempat yang sempat
kau aku sebutkan dalam mainan khayalan
masa kecil semua dan segala menjadi
bukan sekadar impian

sekarang aku ingin mengambar
kembali tokohtokoh yang
ada di dinding kelas dasar kita
Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari

Kiai Haji Ahmad Dahlan
Soekarno, Hatta, Natsir, Buya Hamka
agar di masa tua kau aku semua dan
segala menjadi bukan sekadar impian

sekarang kau dan namanama
ada di mana
selain di dalam kenangan
airmata kita?

yogyakarta, 24 oktober 2017.

<TAMAT>