Oleh: Ibnu Din Assingkiri

PENGENALAN
SAJAK visual tipografi juga dikenali sebagai sajak konkrit, pola dan
bentuk. Sajak visual terdiri dari pelbagai bentuk. Sajak visual seringkali
memanfaatkan atur huruf (tipografi) menjadi bentuk tertentu sesuai dengan
makna yang ingin disampaikan penulis. Ada juga sajak visual yang memakai
lukisan, garisan, kotak dan huruf sebagai kombinasi penyampaian makna.

SEJARAH
Sajak visual telah wujud semenjak kurun ke 2 dan 3 sebelum Masihi.
Kalau ada yang mengatakan bahawa sajak visual adalah sajak eksperimen atau
garda depan, kenyataan tersebut adalah tersasar. Di Malaysia sendiri telah
wujud kelompok penulis yang berekspresi dengan sajak visual sejak sekian
lama. Antara yang tekal dengan gaya ini ialah AGI dan Puzi Hadi dengan sajak
Sudokunya.

PENULISAN SAJAK VISUAL
Sajak visual secara umumnya pendek dan memakai huruf yang sedikit.
Oleh sebab itu huruf-huruf disusun menjadi bentuk atau simbol tertentu untuk
menghantar makna. Keindahan sajak visual menjadi nyata apabila kombinasi
atur huruf berjaya membentuk objek atau simbol yang mewakili keseluruhan
makna sajak.

sajak visual-rajah 1-ibnudin assingkiri
Rajah 1

Sajak “Di Sisi Bisu Batu” ini (Rajah 1) dibentuk menjadi objek batu nisan sebagai
mewakili keseluruhan makna kepiluan, kesedihan dan kepasrahan atas pemergian orang tersayang. Batu itu sendiri juga melambangkan kekakuan dan kedinginan. Pemilihan objek yang bersesuaian dengan makna dan mesej serta suasana hati (mood) penulis disampaikan dalam bentuk konkrit dan visual. Walaupun hanya sedikit kata-kata namun setelah dibantu oleh visual objek serta sifat-sifat objek itu sendiri menjadikan sajak ini kuat makna, menyentuh rasa dan mungkin dramatik kepada sesetengah pembaca. Berikut saya berikan lagi contoh-contoh lain:

sajak visual-rajah 2-ibnudin assingkiri
Rajah 2

Sajak “Kosong – Seperti Titik Mula” berbentuk jam pasir sebagai simbol
betapa pantasnya masa berlalu dan manusia akan kerugian jika mensia-siakan
masa dengan mengejar keduniaan.

sajak visual-rajah 3-ibnudin assingkiri
Rajah 3

Sajak Tempayan Busuk dibentuk seperti tempayan sesuai judulnya dan
juga simbolik kepada mulut manusia yang sukar di kawal seperti “mulut
tempayan.”

sajak visual-rajah 4-ibnudin assingkiri
Rajah 4

Sajak “Sebatang Kayu Mati” pula dibina berbentuk pokok yang rendang
tidak berbuah sebagai simbol kesia-siaan usia yang dianugerahi Tuhan.

sajak visual-rajah 5-ibnudin assingkiri
Rajah 5

Sajak “Tanglung Kertas” pula ialah sajak ode kepada penulis lain. Ia
dibentuk seperti sebuah tanglung (kertas) sebagai simbol penulis menjadi
pencerah kepada dunianya dengan hasil tulisan.

sajak visual-rajah 6-ibnudin assingkiri
Rajah 6

Sajak “Cheers!” dibentuk menyerupai “sherry glass” yang dipakai untuk
mengisi arak keras dan campuran minuman (cocktail) yang mabuk keras.
Sajaknya berdakwah dengan nada keras dan diksinya juga keras.

“Sastera adalah kebijakan yang membijaksanakan.” – Ibnu Din Assingkiri Page 8

KESIMPULAN
Untuk menulis sajak visual tipografi, selain memerlukan daya kreativiti
dan imaginasi, penulis juga perlu kaitkan bentuk yang dicipta agar dapat
mewakili keseluruhan makna sajak. Ia haruslah berkait secara langsung ataupun
secara simbolik. Pemilihan bentuk secara melulu dan tiada kena mengena
dengan makna keseluruhan sajak akan menggagalkan sajak visual tersebut.
Seperti proses kreatif penciptaan puisi-puisi jenis lain, sajak visual juga
memerlukan inkubasi /suntingan yang secukupnya agar hasilnya matang dan
puitis.

TAMAT.