Mula dipertonton ke pelusuk dunia
pasutri yang tersungkur dan terdampar
setelah hanyut bertahun-tahun lamanya
menikmati keseronokan dunia
yang fana. Melukakan.
Tawa itu kini tangis jadinya
setelah sempat memakai baju oren itu.
Dipermalukan.
Lupakah kita pesan pendeta
aib jangan dijajakan
demi maruah. Demi kemanusiaan.
Sesungguhnya kesempurnaan itu cuma milik Tuhan
sembilan jahatnya, ingatlah kebaikan yang satu
permulaan baik belum tentu husnol khatimah
kita memang hambanya yang lemah.
Kelopak mata orang dekat tercinta
pasti memanas dan mula berkecai
musibah bertandang. Mengejar dunia merimaskan.
Tidur yang tak lena
pemberitaan yang dicanangkan
menghukum seisi keluarga. Itu kita.
Tujuh juta. Sebanyak mana nilainya
dibanding pengkhianatan adinda?
senyumnya melebar ke negara bersalji.
Dibiaya negara.
Ironis sekali negara zikirku
MIB pembungkam mulut marhaen
undang-undang tajam ke bawah
baju oren itu bukan untuk adinda
penerima santap bebas berpesta.
Untuk pasutri saudara Islamku itu
yang lepas biarlah berlalu
kembali kepada-Nya. Pintunya masih luas ternganga
buruk baik ada di tangan kita.
Oleh:

–Mansor Sheikh Mohammad.
Brunei Darussalam, 6.23 PM, 1 Muharram 1440.
TAMAT.